Pesisir SelatanSosial dan BudayaSumatera Barat

Suku Kampai dan Suku Malayu Durian Goro Bersama Membersihkan Pandam Pekuburan Gantiang, Koto Gadang

×

Suku Kampai dan Suku Malayu Durian Goro Bersama Membersihkan Pandam Pekuburan Gantiang, Koto Gadang

Sebarkan artikel ini
Suasana pembersihan pandam pekuburan suku Kampai dan Malayu Durian di Gantiang, Koto Gadang, Nagari Sungai Tunu Utara, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

SUNGAI TUNU, marapipost.com-Suku Kampai Datuak Bandaro Itam dan Suku Melayu Durian Datuak Majo Sati, Minggu (4/4/2021) membersihkan Makam (Tampat) di Pandam Kuburan Baru di Gantiang, Koto Gadang, Nagari Sungai Tunu Utara, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Dua ninik-mamak Suku Kampai dan Suku Melayu Durian, Nasrul, S. Ag Dt. Bandaro Itam, dan Edi Dt. Majo Sati, dipemakaman Kuburan Bau di Gantiang Koto Gadang, minggu menuturkan, tradisi pembersihan pandam pekuburan ini sudah budaya semenjak dahulunya, mengikuti jejak dan tindakan tetua dahulunya, setiap tahun, jelang memasuki bulan suci ramadhan gotong royong membersihkan pekuburan.

Sama dengan tahun sebelumnya, tahun ini pandam pekuburan juga dibersihkan dari semak dan belukar, agar pandam pekuburan terbebas dari semak yang mengganggu pemandangan. Kebetulan kegietan goro tahun 2021 ini dua suku tersebut goro bersamaan, kebetulan juga pandam pekuburan dua suku tersebut juga berdektan tak ada batas.

Yang jadi masalah, saat ini, karena ditempat biasanya untuk menuju pandam pekuburan masih lahan yang masih bebbas, kini dilokasi itu sudah didirikan rumah ibadah mushalla, untuk masuk ke pekuburan agak terhalang, hanya ada jalan setapak ditepi jurang, tapi jurang tersebut tidak begitu dalam.

Menurut rencana dua suku, Kampai dan Malayu Durian itu akan membangun jalan menuju pandam pekuburan, lebarnya dapat dilalui mobil roda 4, pihak pemilik tanah sudah menyetujui, hanya saja, untuk merealisasikan pembangunan jalan tersebut butuh biaya agak banyak, salah satu sisi harus dilakukan pengedaman, karena ada jurang, tapi tidak terlalu dalam.(LUKMAN)  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *