LUBUK BASUNG, marapipost.com-Bupati Agam, Sumatera Barat, Benni Warlis, Kamis malam (22/5/2025) ramah tamah dengan wartawan. Pertemuan begitu mendadak. “Mohon maaf, hari ini baru dapat bertemu dalam bentuk ramah tamah dan kekeluargaan”, tutur Bupati Agam Benni Warlis mengawali paparannya pada pertemuan yang dilaksanakan dirumah Dinas Bupati Agam Jl. Sukarno Hatta Lubuk Basung.
Pertemuan yang diikuti sejumlah wartawan itu membedah program unggulan (Porgul) Bupati, yang viral, “Baranjak dari Surau, Sawah Pokok Murah”. Dua itu yang dibedah pada pertemuan. Walau dua itu porgul Bupati Agam yang dibedah pada malam itu, diawali usai shalat magrib.
Pertemuan terlaksana begitu lama juga, ketika azan shalat isya berkumandang, perbincangan diskor, untuk menunaikan shalat isya, usai shalat berjamaah, pertemuan kembali dilanjutkan. Dua porgul yang dibahas itu, cukup memakan waktu. Kondisi Bupati Benni Warlis tampak lelah, justeru itu, ada diantara wartawan yang tidak mengurungkan niatnya untuk mengemukakan pertanyaan, karena melihat kondisi bupati begitu kelelahan.
Walau bupati terlihat begitu lelah, tapi tetap berupaya untuk memperlihatkan keceriaan, memperlihatkan keramahan dengan wartawan yang sudah lama dirindukan awak per tersebut. Pertemuan itu dipandu Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Agam Syatria. Juga hadir Kepala Dinas Pertanian Arief Restu, Kepala Dinas PMN Andre Hasmi, Kabag Prokopim Khasman Zaini.
Baranjak dari surau, memiliki beberapa makna. Dapat diartikan, Minangkabau beranjak dewasa, ia dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam masyarakat dan keluarga. Surau menjadi tempat bagi mereka untuk belajar, mengasah kemampuan, dan mempersiapkan diri untuk masa depan.
Dalam tradisi Minangkabau, surau tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan dan tempat berkumpul bagi pemuda. Ketika seorang pemuda sudah beranjak dewasa, ia meninggalkan surau untuk memulai kehidupan baru di luar surau.
Surau juga dikenal sebagai lembaga pendidikan tertua di Minangkabau. Beranjak dari surau bisa diartikan sebagai selesai belajar di surau dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau memasuki dunia kerja. Secara umum, “Beranjak dari surau” bisa diartikan sebagai meninggalkan surau setelah melakukan aktivitas tertentu di surau, seperti selesai sholat atau belajar.
Sawah Pokok Murah, falsafahnya, dengan teknologi sederhana, produksi padi meningkat dengan rendemen beras yang dihasilkan dengan kualitas tinggi. Dulu juga dikenal adanya Jajar Legowo (Jarwo). Sawah pokok murah, diharapkan mampu meningkatkan produksi jauh lebih tinggi tanpa pengolahan sawah, pekerjaannya hanya mengali sedikit tanah untuk membuat petakan, setelah itu diatas petakan ditabur jerami.
Selama ini kebanyakan jerami itu dibakar, tapi dengan teknologi sawah pokok murah ini, jerami dapat dimanfaatkan untuk penutup lahan. Lama kelamaan jerami itu akan lapuk, lahan jadi subur dan gembur, dan juga akan didiami ikan belut, ditangkap, dan dapat dimanfaatkan untuk penambah gizi keluarga, selain juga dapat mengurangi pengeluaran, papar Bupati Agam Benni Warlis.[lk]