SOLOK SELATAN, Marapi Post.-Akibat gagal panen harga beras di Muaralabuh, Kabupaten Solok Selatan, Sumaters Barat, melonjak drastis dari harga Rp15 ribu/ gantang, naik jadi Rp26 ribu/gantang. Terutama sebulan belakangan ini.
Hal itu disebabkan tanaman padi masyarakat di Kecamatan Pauhduo, Sungaipagu dan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) diserang hama tikus.
Para petani di daerah ini mengeluh, akibat harga beras melonjak drastis, disebabkan tanaman mereka terserang hama tikus. Salah seorang petani bernama Roni (50) warga Jorong Taratak Bukareh Kecamatan Pauhduo kepada media Marapi Post (marapipost.com) Senin (24/10/2022) mengatakan bahwa dia gagal panen pada musim tanam kali ini, disebabkan tanaman padinya sawahnys terserang hama tikus.
Oleh sebab itu dia terpaksa membeli beras dengan harga mencekik. Beruntung ada tanaman pinang yang mau dipanen untuk membeli beras, walaupun harga pinang anjlok hingga Rp8 ribu/kg, katanya.
Hal yang sama juga dikeluhkan IRT, warga Pakan Selasa, Dina (39 tahun) pada tempat yang berbeda. Dia mengatakan akibat harga beras melonjak tinggi, ia terpaksa membeli beras beberapa liter saja, untuk memenuhi kebutuhan dua hari masak.
Sementara sebelumnya dia mengaku mampu membeli beras hingga 10 gantang untuk 15 hari ujarnya, tapi untuk saat ini hanya mampu membeli hanya 10 gantang, jelasnya lagi.
Tidak itu saja akunya, selain harga beras cukup tinggi, untuk mendapatkan beras yang mau dibeli juga susah tukasnya.
Salah seorang tokoh masyarakat Pauhduo, yang tidak bersedia disebut jati dirinya, kepada media ini mengatakan, bahwa terjadinya wabah serangan hama tikus terhadap tanaman padi masyarakat diduga karena petani tidak serentak turun kesawah.
Akibat tidak serentak itu, sslah satu penyebab tikus berpindah pindah dari areal dan hamparan yang satu kelokasi hamparan yang lain yang berdekatan, katanya.
Dia menambahkan, untuk serentak turun kesawah fengan tujuan agar tanaman padi masyarakat terhindar dari serangan hama di daerah Kecamatan Pauhduo, masyarakat yang dipelopori oleh ninik mamak yang terhimpun dalam organisasi Kerapatan Adat Nagari (KAN) setempat telah menggelar tradisi mambantai kabau gadang (menyembelih kerbau jantan besar) pada bulan Maret 2022 lalu.
Masyarakat petani mematuhi keputusan KAN, banyak para petani nekat turun kesawah duluan dan lebih cepat dari petani yang lain, sehingga saat padi sudah mulai menguning, hama tikuspun menyerang, akibatnya panen padi jadi gagal dan harga beras pun melonjak tinggi, katanya.[aj]