Oleh Lukman
Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Marapi Post
Danau Maninjau. Disebut Danau Maninjau, tak ada lagi orang terkesiap dengan nama itu, sebab ronanya tidak seperti dahulu lagi. Dahulu aroma Danau Maninjau semerbak ditumbuhi bunga-bunga keindahan alam yang aduhai. Touris-touris banyak datang menikmati indahnya Kawasan Danau Maninjau, tapi kini, Danau Maninjau tempat berkubur massal ikan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA).
Bau busuk bila musim ikan mati massal dari KJA, menjalar melalui saluran pernafasan. Ikan mati dibuang begitu saja ke danau oleh pekerja KJA. Sampai diluar KJA diperairan Danau Maninjau tak ada lagi yang mengurus. Tidak nampak adanya gerakan pembersihan.
Tapi yang lebih dapat menikmati, adalah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Antokan yang air bakunya bersumber dari Danau Maninjau. Selepas terowongan PLTA Maninjau, air baku PDAM dipasok dan disalurkan melalui pipa distribusi.
Janji sang penguasa, dalam janjinya akan mengatur Kawasan Danau Maninjau, secara fisik belum tampak, dilapangan semua diam, tak terlihat adanya gerakan pembenahan. Dana Rp400 miliar lebih dari pusat juga, entah dimana.
Sebelum lingkungan Kawasan Danau Manuinjau rusak, penulis masih ingat, ramainya touris datang ke Kawasan Maninjau, mereka mandi-mandi di danau, ada juga yang melakukan penelitian dihutan-hutan, tapi kini, kesemua itu sudah sirna.
Penulis juga ingat, di perairan danau di Hotel Maninjau anak-anak mandi-mandi, dijatuhkan uang logam 100 putih waktu itu, dapat ditangkap anak-anak yang mandi-mandi, kalaupun uang lagom itu sudah sampai kedasar danau, begitulah gambaran kejernihan air Danau Maninjau ketika itu.
Tahun 1991, digelar helat besar lomba dayung di Danau Maninjau, aduhai!, ramainya bukan main, ratusa touris asing datang ke Danau Maninjau, mereka bersepeda dayaung hilir-mudik, seakan-akan Kecamatan Tanjung Raya sudah berubah jadi kampung turis, tapi kini, entah lah! …….
Kita salut dengan upaya tokoh wanita Tanjung Raya, Popi Meilani, ia tetap berupaya untuk menyelamatkan Danau Maninjau, agar dapat kembali dikelola sebelum nasib danau terlalu parah, tapi, secara fisik juga belum berhasil. Berkali-kali Cabor Podsi, gelar latihan dayung di Danau Maninjau, tapi hasilnya belum kelihatan.
Kini rakyat menagih janji sang pemimpin, janjinya, akan membenahi tata kelola Danau Maninjau, akan membenahi objek wisata, yang katanya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat mengentaskan kemiskinan, tapi janji sang penguasa masih tinggal janji. Hasilnya tahun 2021, selain permasalahan lainnya, dana pembangunan Objek Wisata Bandar Mutiara di Banda Gadang Rp7,5 miliar, pulang kampung, tidak terlaksana.(*)