PEDATI-Bila didengar kata-kata pedati, ada kemungkinan akan terbayangkan, ‘PEDATI’ itu adalah kendaraan pengangkut barang dari balai ke balai (Pasar ke pasar) masa saisuak, terutama bagi yang pernah hidup dizama pedati. Terutama pada dahulunya, terutama pedagang kain, memanfaatkan jasa pedati yang dihela (Tarik) dengan ternak kerbau, atau sapi, diiringi seorang kusir yang disebut dengan Tukang Pedati.
Tapi sesungguhnya di Kota Bukittinggi, yang dimaksud dengan PEDATI adalah kependekan dari “Pesta Budaya Seni Pameran Dagang dan Industri (PEDATI)”. Hebat Wali Kota Bukittinggi Erman Safar, setelah tenggelam sdemenjak beberapa, semenjak tahun 2011, tahun 2023 ini Wali Kota Erman Safar kembali ke PEDATI.
Kegiatan digelar tahun 2023 ini adalah pergelaran untuk ke-12 kali di Kota Wisata Bukittinggi. Pergelaran ke-12 kali ini, dimulai dari Jumat 15 Desember 2023, hingga hari Minggu 31 Desember 2023. Pelaksanaan dipusatkan pada dua tempat, yakni; di Lapangan Kantin dan pelataran Jam Gadang. Kegiatan ini digelar, dimaksudkan Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar untuk mengangkat kembali, setelah tidak dilaksanakan semenjak 2011.
Selama 12 tahun kegiatan ini tidak digelar, pada tahun 2023 ini aktivitas itu digelar kembali. Kalau untuk tahun 2019 hingga 2021, tidak dilaksanakan, adalah wajar papar Wali Kota Erman Safar, karena saat itu Kota Bukittinggi, terkena musibah Covid-19, bersamaan dengan daerah lalin di nusantara, bahkan dunia.
Tapi kini, Covid-19 sudah tidak ada lagi, sudah aman dan nyaman paska Covid-19, makanya Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi dibawah kepemimpinan Erman Safar hal itu kembali dibangkitkan. Pemerintah Kota Bukittinggi, ambil keputusan, budaya PEDATI digelar kembali, melanjutkan budaya yang digagas para penggagas pendahulu, dengan tujuan adalah untuk geliatkan ekonomi masyarakat.
Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi telah menganggarkan di APBD sebesar Rp 1,5 miliar. Untuk mensukseskan pergelaran ini Pemda Kota Bukittinggi melibatkan lebih 2.500 relawan. Sejumlah kegiatan digelar dalam kegiatan ini, diantaranya festival musik, pameran seni melibatkan paguyuban. Juga digelar karnaval, hingga pameran UMKM.
Wali Kota Bukittinggi Erman Safar menjelaskan, bahwa Wali Kota gelar kembali kegiatan ini, hanya melanjutkan gagasan dari wali kota sebelumnya bersama penggagas kegiatan pada saat itu. Itulah dasar pemikiran, makanya Wali Kota Bukittinggi Erman Safar mengangkat kembali budaya ini.
Dari mana asal usul PEDATI?
Wali Kota Bukittinggi, menjelaskan, PEDATI digelar awal pada tahun 2001, ketika itu Kota Wisata Bukittinggi dipimpin Wali Kota Djufri. Wali Kota Djufri orang terpenting yang termasuk penggagas. Rupanya, selain sebagai wali kota Djufri juga salah satu inspirator PEDATI.
Dijelaskan Wali Kota Erman Safar, ide ini muncul pada tahun 2000, dalam suatu pertemuan yang diikuti 9 tokoh. Pemikiran itu muncul berdasarkan dan dilatarbelakangi demo-demo yang dikenal dengan demo reformasi mahasiswa pada tahun1998.
Ketika demo sudah mulai tenang, mahasiswa sudah kembali ke kampus, pada paska demo, muncul sejumlah berpotensi untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa di Negara Republik Indonesia. Perlu upaya untuk menyatukan kembali gejala perpecahan itu. Ini lah salah satu yang jadi dasar dan alasan pelaksanaan pertemuan saat itu.
Pertemuan itu tidak dilaksanakan di Kota Bukittinggi, tapi dilaksanakan di Kapau. Sembilan tokoh yang hadir ketika itu. Beliau itu adalah Djufri (Wali Kota Bukittinggi), Tuanku Rismaidi, Nasrul M. Phietra, Zulfian Mami, Nursal Syam, Imran Pado, Irfianda Harma, Maderizal, Chon Piliang dan Adeks Rossyie Mukri.
Pertemuan pada saat itu menghasilkan kesepakatan, mengadakan pertunjukan kebudayaan dan kesenian, didukung dengan pameran dagang serta industri. Dalam artikel yang pernah dibaca, tokoh Maderizal, mengusulkan, kegiatan tersebut diberi nama ‘Pesta Budaya Seni Pameran Dagang dan Industri’, disingkat dengan “PEDATI”.
Kalimat yang terdiri dari dua suku kata (PEDATI) itu disepakati, dan resmi digelar pada 2001 dan terus berlanjut hingga tahun tahun 2010. Penyelenggaraan pamerana dalam kegiatan PEDATI pada periode pertama hingga penyelenggaraan ke tiga, biaya pelaksanaan murni dari donatur.
Dimulai kegiatan PEDATI yang ke-4, Pemerintah Kota Bukittinggi mulai membantu menganggarkan dengan APBD, karena budaya ini tampak jelas memberikan dampak positf (Kebaikan) dalam pertumbuhan, baik ekonmi, pembangunan, maupun agam (Islam).
Pada pelaksanaan PEDATI yang ke-5, berhasil menggugah perhatian banyak pihak ditandai dengan Apresiasi Pariwisata Indonesia (API) dari Menteri Pariwisata I Gde Oka. Menteri Pariwisata mmengangkat jadi “PEDATI Nusantara Pesta Budaya Rakyat Pemersatu Bangsa”.
Dari tahun ke tahun, kegiatan ini terus membawa kesuksesan, Pemerintah Kota jadi ajang bergengsi, pesertanya tidak hanya berasal dari peserta lokal, tapi beranjak luas ke tingkat nasional. Tidak hanya nasional, tapi juga datang dari negara tetangga Asean. Sampailah penyelenggaraan kegiatan PEDATI ke 7 dan 8.
Pada kegiatan PEDATI ke 9, tidak diselenggarakan, Tapi pada tahun berikutnya kembali digelar, dengan ketua pelaksana H. Herman. Tahun 2011, satu Dasawarsa kegiatan PEDATI disandingkan dengan Bukittinggi Safari Lintas Wisata (BSLW) ke Bengkalis Riau. Ini lah kegiatan terakhir. Karena dampak kegiatan ini jelas-jelas membawa dampak positif, baik terhadap budaya, maupun ekonomi, makanya bulan Desember 2023 ini PEDATI digelar kembali.[*]