BUKITTINGGI, marapipost.com-Sebanyak 109 siswa/i Kelas VI Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Cahaya Hati Bukittinggi, Sumatera Barat, lulus tahun pelajaran 2022-2023, satu diantaranya mampu menghafal Al-Qur’an 8 juz, yakni Mujahid (12 tahun). Wisuda dilaksanakan Minggu (21/5/2023) di Auditorium Gedung Perpustakaan Proklamator Bung Hatta.
Pimpinan Divisi Al-Quran dan Tahfiz SDIT dan SMPIT Cahaya Hati, Rajuddinsyah, S Ag M Pd, mempelajari dan mencintai Al-Qur’an akan membentuk mental dan karakter anak-anak ditengah pesatnya perkembangan teknologi canggih, seperti zaman saat ini.
“Anak-anak ditempa untuk belajar sistematis dan berulang-ulang agar bisa menghafal Al-quran. Diajarkan satu kata-satu kata dulu, begitu seterusnya. Sehingga otak dan syaraf-syarafnya terlatih dan sabar mengulang ayat-ayat Al-Qur’an”, ungkapnya.
![](https://marapipost.com/wp-content/uploads/2023/05/PENDAMPING-16.jpg)
Pelepasan sswa yang sudah tamat.
Lanjut Rajuddinsyah, itu kunci kesuksesan yang kita tanamkan kepada anak-anak didik sebagai bekal mereka dimasa depan. Mereka dilatih sabar mengikuti tahapan tahapan agar bisa mencintai Al-Qur’an.
“Tidak bisa kita pakai logika sederhana, teruslah berinteraksi baik dengan Al-Qur’an. Mulailah dengan membaca, menghafal diawali dengan keyakinan “la raiba fih” yang artinya, Tidak ada keraguan lagi padanya (Quran). Menjelaskan mutlaknya kebenaran Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman dan bertaqwa sehingga kita cinta dengan Al-Qur’an”, yakin Rajuddinsyah.
Jadi ini adalah capaian kita, tambahnya, sebenarnya bagaimana kita bisa mencintai Al-Qur’an. Untuk di SDIT Cahaya Hati sebenarnya ada standar hafalan rata-rata per siswa tahfiz Qur’an 2 Juz. “Target sudah tercapai rata-rata 2 Juz, setelah itu anak-anak akan mendalami bacaan Al-Quran meskipun ada 1 orang siswa kelas VI sudah bisa mencapai 8 Juz”, terang Rajuddinsyah.
Selanjutnya Rajuddinsyah berpesan kepada anak-anak didik SDIT Cahaya Hati, lebih banyaklah berinteraksi dengan Al-Qur’an, dalami ilmunya sehingga kita dihargai. Sementara itu orangtua siswa kelas VI SDIT Cahaya Hati Bukittinggi, Firdaus, Lc mengatakan bahwa sebenarnya Mujahid (anak 1 dari 4 bersaudara) telah hafal Al-Qur’an sebanyak 9 Juz tapi karena datanya tercatat lama disekolah 8 Juz, ya tidak ada masalah.
“Kita yang diberi rahmad oleh Allah SWT sebatas menjalankan saja. Proses Mujahid bisa menghafal Al-Qur’an itu sudah kita kenalkan semenjak dirinya masih didalam kandungan. Kita sering stel audio ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga otaknya merekam, diusia 4 tahun dia sudah bisa menghafal Al-Qur’an”, ucap Ayah Mujahid yang berprofesi sebagai Guru di salah satu Pesantren di Balai Gurah, Kab. Agam.
Tambah Firdaus, sebagai orangtua kita sepakat untuk membentuk karakter anak sejak dini, artinya mau kita jadikan apa anak ini, itulah peran orangtua. “Tentu ada program yang sudah kita tetapkan dalam keseharian anak, sehingga terjadwal. Kita juga harus memahami karakter usia anak disetiap tahunnya, kita sesuaikan. Ada waktu belajar, bermain, olahraga dan segala macam”, pungkas lulusan Al-Azhar Cairo, Mesir.
Memang ada sedikit paksaan, lanjut Firdaus, artinya ada waktu untuk mengulang hafalan 2 Juz yang wajib dalam sehari itu namanya murojaah, karena kalau tidak diulang lupa. Murojaah adalah menjaga hafalan Al Quran dengan terus-menerus mengulangnya guna meraih mutqin (kuat) dalam bacaan, hafalan, pemahaman, dan pengamalan yang menjadi impian seluruh para hafizh Quran.
“Memang kita harus pintar-pintar mengatur mood-nya anak, apalagi Mujahid hobi nya main bola, kita kasih ruang dia untuk olahraga bola kaki. Tidak banyak waktunya untuk mengenal gadget bahkan minim waktunya main hp, sehingga terkontrol,” ucap suami Murni Dian Rahmawati, Ummi Mujahid.[*/Yun.S]