SOLOK SELATAN, Marapi Post-Di Solok Selatan, khususnya di Kecamatan Pauhduo masih melestarikan tradisi ” malamang” pada setiap peringatan dan merayakan hari besar islam.
Pada setiap merayakan dan memperingati hari besar islam di Kecamatan Pauhduo Solok Selatan Sumbar, masyarakat tetap melakukan tradisi malamang sebagai salah satu makanan khas yang selalu dihidangkan saat mendoa dirumah mereka masing- masing.
Ada kesan ditengah tengah masyakat bila tidak malamang, mereka merasa malu dengan tetangga dan warga lainnya yang memasak lamang saat itu. Bahkan untuk malamang bagi warga yang ekonomi lemah, mereka tidak segan-segan menjual padi atau beras untuk biaya membeli bahan lamang dam tak jarang mereka harus utang sina utang sani asal mereka tetap melamang dengan istilah yang populer ditengah-tengah tengah masyarakat setempat ” Tak kayu janjang dikapiang”.
Untuk melamang tersebut, tiga hari sebelumnya mereka telah mempersiapkan bahan dan keperluan untuk melamang, diantaranya kayu bakar, bambu muda, beras ketan (beras pulut), kelapa, pucuk pisang dan batang kayu yang tidak mudah terbakar sebagai sandaran bambu lemang.
Untuk memasak lemang, ibu-ibu harus menahan panasnya api pembakar lemang dan juga menahan penatnya tangan untuk membalik-balik bambu lemang agar lemang tidak hangus serta menghentakkan bambu lemang diatas sebuah batu agar beras ketan/beras pulut dan santannya merata, sehingga lemangnya tidak mentah. Bahkan tak jarang ibu-ibu yang memasak lemang itu bermandi keringat.
Demikian prosesi membuat lemang yang selalu dilakukan oleh masyarakat setiap memperingati hari besar islam di Kecamatan Pauhduo Solok Selatan Sumbar ini.(aj)