Oleh Lukman
Pemimpin Redaksi Marapi Post
MENGGANAS-Buaya penghuni Batang Masang, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, makin mengganas, bocah perempuan berusia 12 tahun, murid SD Negeri Labuhan dikejar dan diterkam buaya Sungai Batang Masang yang naik ke darat. Untung ia bersama ibunya masih selamat.
Karena sudah warganya yang komplit dengan sang buaya itu, Wali Nagari Tiku V Jorong, Mardios, minta kepada pemerintah, baik Pemerintah Kabupaten Agam, Pemerintah Sumatera Barat, maupun Pemerintah Pusat ambil kebijakan agar warga Nagari Tiku V Jorong terhindar bentrok dengan hewan dilindungi Buaya Batang Masang.
Kebijakan itu diminta Mardios, sehubungan, keberadaan Buaya Batang Masang sudah sangat meresahkan dan mengganggu kehidupan dan aktivitas masyarakat. Tahun 2020, pencari lokan Zainal (35), dilaporkan hilang setelah menyelam di Sungai Batang Masang.
Kemudian bocah Anisa Putri berusia 9 tahun, murid SD, diterkam buaya saat mandi di Sungai Batang Masang. Ia mandi pesiapan untuk berangkat pergi ke sekolah, ketika ia berangkat pulang menuju rumah orang tuanya, tiba-tiba seekor buaya menerkam dan menyeret bocah peremuan ini masuk sungai. Ironisnya kakaknya menyaksikan adiknya diseret buaya, tapi ia tidak mampu menolong.
Dan peristiwa baru ini, bocah Zifa, 12 tahun, murid kelas 6 SD Negeri di Labuhan, Nagari Tiku V Jorong juga serang buaya ketika ia melintasi jembatan Kampung Baru, perbatasan antara Jorong Muaro Putuih dengan Jorong Masang ketika ia hendak menuju Jorong Labuhan naik motor membonceng ibunya, tapi ia masih mujur, hanya kakinya yang dapat diterkam buaya, ia selamat, tapi telapak kakinya sebelah kiri mengalami luka robek.
Kalau kita mengkaji, siapa yang salah, tentu permasalahan ini tidak akan selesai-selesai, khusus peristiwa yang menimpa pencari lokan Zainal, secara berseloroh dapat kita benar ia yang salah, kenapa ia masuk ke sungai sarang buaya tersebut, tapi terhadap dua bocah yang diterkam buaya itu dikira bukan dia yang salah, tapi sang Crocodylidae itu lah yang salah.
Tapi ada juga berkomentar dikedai kopi, yang salah bukan buaya, tapi yang salah manusianya, kenapa tinggal disana, atau kenapa melintasi dijalan itu. Kalau itu yang diperbincangkan, tidak akan ada titik temu tata cara melerai konplik antara warga dengan buaya masang ini.
Diakui, warga tinggal dipinggir sungai Batang Masang itu disebabkan kebutuhan hidup, karena perkembangan penduduk, diantara anggota keluarga yang memiliki keluarga besar, sudah barang tentu ada yang mengalah, mecari lahan baru untuk ditempati untuk tempat berusaha dan tempat tinggal. Kalau ditanya, siapa yang lebih duluan datang kelokasi tersebut, buaya kah atau manusianya?, untuk menjawab pertanyaan ini, tentu perlu ada penelitian lebih lanjut.
Yang jelas, menurut penulis, terhadap kasus tersebut, pihak yang berwenang bersikap diam, tidak tampak adanya upaya apa yang harus dilakukan, baik Pemerintah Daerah Kabupaten Agam, Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat, maupun Pemerintah Pusat.(*)
Kami Media Online Marapi Post (marapipost.com) bersama kru mengucapkan selamat menunaikan ibadah Puasa Ramadhan 1443 Hijriah/2022 Masehi.