SOLOK SELATAB, Marapi Post-Pembangunan Balai-balai adat Nagari Pauhduo Nan Batigo, Kecamatan Pauhduo, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, masih terbengkalai, baru pemasangan pondasi, justeru itu sangat membutuhkan bantuan.
Pasalnya, dana untuk melanjutkan pembangunan kantor bergonjong lima tersebut masih belum mencukupi, kata ketua Forum ninik mamak Pauhduo Nan Batigo, Najmi Dt. Bando Labiah kepada media ini usai rapat ninik mamak Jumat (9/7/2021).
Menurut ketua Forum ninik mamak Pauhduo Nan Batigo ini, pembangunan balai-balai adat tahap awal baru pemasangan pondasi. Namun untuk kelanjutan pembangunannya memerlukan bantuan dari semua pihak, katanya.
Pembangunan balai – balai adat yang dilaksanakan peletakan batu pertamanya awal tahun ini berukuran 8 x 12 meter bergonjong lima tersebut berdiri diatas tanah wakaf seluas 10 x 15 meter merupakan wakaf dari kaum suku Panai dibawah naungan Nofrizon Dt Jano Katik. Sementara anggaran pembangunannya mencapai Rp. 450 juta bersumber dari iuran ninik mamak, bantuan pihak ketiga dan donatur lainnya.
Pada kesempatan itu N. Dt. Bando Labiah mohon uluran tangan semua pihak, sehingga pembangunan tempat rapat-rapat ninik mamak ini segera selesai, harap Najmi. Rencana pembangunan nya berlantai dua dengan bahan papan dan kayu sesuai “adat lamo pusako usang”, ungkapnya.
Lantai dua dipergunakan untuk rapat-rapat dan pertemuan ninik mamak dan anak nagari, sedangkan dasar yang menurut istilah minang bawah dangau bakal dipergunakan untuk tempat parkir.
Pada agenda rapat ninik mamak tersebut selain membicarakan tentang kelanjutan pembangunan Balai-balai adat, juga menelorkan beberapa kesepakatan tentang hukum adat dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Diantaranya, terkait tentang ketentuan mengaku mamak atau istilah malakok sesuai menurut adat “Tabang basitumpu, inggok basicakam”. Selain itu juga telah disepakati keterlibatan ninik mamak dalam jual beli tanah oleh kemanakan, izin menikah anak kemanakan dan sanksi bagi anak kemanakan melakukan ” dago dagi” atau melawan mamak serta sanksi bagi anak kemanakan yang melakukan perbuatan yang memalukan dengan istilah “mancoriang kaniang mamak jo baro/arang.
Untuk yang mengaku mamak membayar pitikundi sebesar Rp. 1 juta/ KK, memberi izin nikah, anak kemanakan dibebani sebesar Rp. 100 ribu dan anak kemanakan yang melakukan jual beli tanah dikenakan 1 persen untuk ninik mamak dan 0,5 persen utntuk Forum ninik mamak.
Sedangkan sanksi bagi anak kemanakan yang membuat malu mamak dalam bentuk perbuatan serong belum ditentukan apa dan berapa sanksinya akan dibicarakan dan disepakati pada rapat bulan depan, termasuk masalah keterlibatan dan fungsi ninik mamak dalam pengurusan sertifikat tanah, sehubungan waktu sudah mendekati magrib.(aj)