JAKARTA, MP-17 Mei 2021, Ketua DPD RI periode 2009-2016, Irman Gusman, meluncurkan buku baru yang merupakan hasil perenungannya tentang penegakan hukum dan hak asasi manusia negeri ini dalam rangkaian perayaan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2021.
Buku berjudul Menyibak Kebenaran: Drama Hukum, Jejak Langkah, dan Gagasan Irman Gusman itu juga merupakan jilid ke-tiga dari serial eksaminasi terhadap vonis Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap dirinya, yang akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Agung.
Buku Menyibak Kebenaran terbaru ini berisi laporan pandangan mata oleh penulis buku yaitu Pitan Daslani, wartawan senior yang bertugas sebagai Staf Ahli Ketua DPD RI untuk urusan hubungan luar negeri semasa Irman Gusman, Mohammad Saleh, Oesman Sapta Odang dan LaNyalla Mahmud Mattalitti menjadi Ketua DPD RI.
Dalam buku tersebut Pitan Daslani menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum, pada saat, dan setelah Irman Gusman ditangkap oleh aparat KPK pada 16 September 2016.
Rangkaian informasi dalam buku tersebut termasuk banyak hal baru yang belum pernah diberitakan di media massa tetapi mencakup kejadian-kejadian penting yang menerangkan apa sebabnya Irman Gusman dijatuhkan dari posisi sebagai Ketua DPD RI dan siapa saja yang berkepentingan untuk menjatuhkan dia dari posisi RI-7 itu.
Laporan investigasi dalam buku ini juga mencakup dugaan persekongkolan antara aparat KPK dan seorang saudagar gula untuk menjerat Irman Gusman dengan tuduhan menerima suap.
Buku setebal 420 halaman itu juga berisi penjelasan guru besar tentang teror dan intimidasi yang dilakukan oleh aparat KPK terhadap hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ketika suatu perkara korupsi sedang disidangkan.
Cara penegakan hukum yang menghalangi keadilan dalam perkara Irman Gusman dijelaskan secara rinci dalam buku ini, termasuk upaya praperadilan yang digugurkan di tengah jalan serta upaya aparat KPK untuk mengintimidasi istri Irman Gusman yaitu Liestyana Gusman agar membenci dan manjauhi suaminya ketika Irman sedang diperiksa.
Menurut penulis buku, pembohongan publik melalui media massa yang dilakukan untuk mendiskreditkan Irman Gusman dan keluarganya juga diuraikannya secara gamblang dalam buku ini.
Buku ini juga berisi rekam jejak Irman Gusman baik di dalam maupun di luar negeri, khususnya untuk menarik investasi asing masuk ke Indonesia.
Peluncuran buku ini diadakan bersamaan dengan perayaan Hari Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan oleh Korps Alumi Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Turut memberikan testimoni dalam acara peluncuran buku tersebut adalah Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI LaNyalla Mahmud Mattalitti, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Ketua DPR Akbar Tanjung, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, Gubernur DKI Anies Baswedan, Senator GKR Hemas, Keua Umum PB HMI Raihan Ariatama, dan Ketua Umum DPP KNPI Haris Pertama.
Sementara itu, pembicara utama dalam acara dimaksud adalah Ketua MPR RI, Ketua DPD RI dan Wakil Menteri Hukum dan HAM Prof. Dr. Eddy OS Hiariej, SH, M.Hum.
Saat menyampaikan sekapur sirih di acara peluncuran bukunya, Irman Gusman menilai saat ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai dimensi krisis, seperti krisis ekonomi, krisis sosial, krisis hukum, krisis kepercayaan, krisis politik identitas, dan krisis kebudayaan. Ditambah lagi saat ini masyarakat terpecah belah dan teradu domba.
“Yang kita butuhkan adalah kebersamaan, kekompakan, solidaritas sosial, kedermawanan, kegotongroyongan dalam mencari solusi terbaik untuk mengatasi krisis itu,” ucapnya.
Di hari kebangkitan nasional, Irman mengajak semua pihak untuk bangkit dari cara berpikir yang selama ini melemahkan sendi-sendi bangsa. Apalagi saat ini masayrakat cenderung mempercayai hal yang melemahkan demokrasi pancasila, dan cenderung ke demokrasi liberal.
“Sudah saatnya perlu menguatkan demokrasi pancasila kembali. Tatkala demokrasi ekonomi diabaikan, maka kondisi ekonomi tidak akan lebih baik,” imbuhnya.(*)