PRAYA, NUSA TENGGARA BARAT, Marapipost-Pandemi covid-19 masih menjadi momok buat masyarakat luas. Pasca pandemi covid-19 ini, semua tatatanan kehidupan berubah karenanya. Baik itu kehidupan sosial masyarakat, maupun dalam segi pekerjaan demi sebuah penghasilan yang membuat asap dapur, selalu ngepul.
Dengan adanya wabah covid-19 membuat semua orang putar kepala untuk mendapatkan pundi pundi rupiah demi berlangsung kehidupan perekonomian masyarakat. Kaspun Indra jaya, yang akrab disapa Kaspun, seorang pemuda kelahiran Praya 39 tahun yang lalu, dengan Pekerjaan sebagai Juru parkir, tetap optimis dalam menatap masa depan dan selalu semangat dalam berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pasca pandemi covid-19 ini, daya beli masyarakat sangat jauh berkurang, hal ini juga dirasakan oleh Kaspun. “Sepi mas, gak berapa orang yang parkir, jadi pendapatan dari parkiran, sangat menurun drastis mas”, dengan logat khasnya saat ditemui Marapipost.com Selasa 09-02-2021. Ditambah kan, “saya harus putar otak bagaimana agar bisa beli beras”.
Berawal dari hobi dan jiwa seni yang dimiliki, Kaspun mulai mencoba membuat kerajinan korek api. Puntung korek api ini disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah karya yang punya nilai ekonomi tinggi. Disulap lah puntung korek api menjadi sebuah miniatur kapal yang sangat cantik.
Kegiatan ini telah berlangsung 8 bulan yang lalu. Berawal dari iseng iseng dan coba coba, jadilah lidi bambu tusuk sate sebuah miniatur kapal, lalu kayu sibiran bekas somil disulap jadi sebuah kapal kapalan. Tidak sampai disitu, Kaspun juga coba coba buat dari korek api kapal kapalan tersebut dan berlangsung sampai sekarang.
Total kapal yang sudah di buat dari puntung korek api ini sudah berjumlah 11 buah. Harga yang dijual beraneka ragam mulai 300 ribu hingga jutaan, sesuai dengan ukuran yg dibuat. Untuk lama pembuatan tergantung tingkat kerumitan, mulai dari 7 hari, hingga 30 hari.
Pembeli pertama karya Kaspun adalah Seorang pengusaha yang bernama H. Nasri. “Saya sangat senang mas, karya saya banyak yang menyukai, tapi sayang masih dihargai rendah, karena tidak punya pilihan lain, saya terpaksa jual agar bisa beli beras.” ujar Kaspun pada wartawan.
Ditambahkan, Dulu pernah saya dijanjikan alat pembulat kayu atau bambu oleh seorang anggota dewan, saya sangat berharap itu terjadi tapi sampai sekarang belum terealisasi, biasa mas kalau udah duduk dikursi panas jadi lupa melihat kebawah.
Dialog kami bertambah seru dengan kehadiran Bapak Basuki, seorang tenaga pendidik yang merupakan tetangga tempat Kaspun menjadi juru parkir, serta pernah mendidik Kaspun juga. Basuki menambahkan, saya salut dengan anak ini, tetap optimis dan semangat dalam berusaha, walaupun susah diatur, tapi itulah yang namanya orang seni, kata Basuki dengan logat khas Jawa nya.
Semoga anak ku ini sukses selalu dan menjadi perhatian pemerintah hendaknya. Saya Do’a kan yang terbaik untuk Kaspun dan keluarga, tutup Basuki. Sudah seharusnya dan selayaknya pemerintah lebih memperhatikan kalangan bawah, terutama para pegiat ekonomi kreatif. Jika dipoles sedikit aja, karya karya Kaspun ini bisa menjadi icon wisata Nusa Tenggara Barat.(HF)