MATUR, Marapi Post-Nofrizal (48), warga Jorong Padang Galanggang, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pantas dapat perhatian dari semua pihak. Meski insan yang ditakdirkan tidak selengkap insan lainnya, tapi ia tidak menyerah begitu saja terhadap kekurangannya yang diberikan itu.
Untuk mendayung kehidupannya bersama keluarganya, ia membuat sapu lidi dengan bahan lidi kelapa limbah dari pembuatan sate dari kuliner sate yang ada di Matur. Dari hasi penjualan sapu lidi itu ia mengbiayai hidup keluar empat anak beranak itu. Isteri Nofrizal, Elvia Roza (38) ikut berjuang membantu usaha.
Bila bahan baku mencukupi, ia bersama keliarga mampu membuat sapu lidi 100 ikat sehari, tapi Nofrizal tidak menjelaskan berapa harga penjualan setiap sapu lidi yang dia buat cantik itu.
Yang jelas ia mengakui, pendapatan dari hasil penjualan sapu lidi itu belum mencukup untuk memenuhi biayai hidup keluarga empat anak beranak itu, Afdal Nofra (21), dan Aysha Ramdani (17) masih dalam bangku pendidikan.
Tidak hanya menhasilkan sapu lidi, tapi ia juga melahirkan inovasi, lidi kelapa yang masih segar itu diproduksi jadi alat pembersih kasur direkaya hingga melahirka dalam bentuk juga seni yang begitu indah.
Setiap hari Ketua Organisasi Penyandang Disabilitas Kabupaten Agam itu berjuang mendayung kehidupan. Ia tidak ingin kehidupannya keluarganya tergaggu dalam situasi pandemi Corona (Covid-19 ini terganggu.
Disaat sebagian warga melancarkan protes minta keadilan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) terdampak covid-19, Nofrizal justru bangkit menunjukkan bahwa, kekuatan fisik yang diberikan itu, Nofrizal justeru lebih tekun bekerja, tidak ikut menuntut adilnya BLT.(MP-001)