LUBUK BASUNG, Marapi Post-Investor yang investasi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, ternyata kurang nyaman, ada-ada saja pihak-pihak yang mengusik perusahaan beraktivitas, ini lah, itu lah, pokoknya ada saja yang muncul.
Sabtu (19/9/2020), PT. Bukit Sawit Semesta (PT.BSS) di Manggopoh, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat dogoyang warga. Belasan warga terdiri dari dewasa dan anak-anak berupaya memblokir jalan keluar masuk Pabrik Pengolah Tandan Buah Sawit (TBS) di Rimbo Talang, Jorong Batu Hampar Manggopoh dibebaskan.
Mereka menuntut agar jalan keluar masuk kampungnya yang dihimpit jalan keluar masuk ke pabrik pengolahan sawit PT. BSS itu dibebaskan. Terhimpit jalan tersebut oleh jalan keluar masuk pabrik PT. BSS, yang mereka namakan jalan keluar masuk kampungnya jalan swadaya, tidak masalah, sebab dapat dibenahi.
Perpotongan antara dua jalan ini membetuk persimpangan, yaitu perempatan (Simpang 4), agar warga bebas melintasi jalan tersebut cukup hanya membenahi persimpangan tersebut, tapi warga bersikeraas tidak mau, mereka tetap menuntut agar jalan keluar masuk kampungnya itu dibebaskan dari himpitan jalan keluar-masuk pabrik pengolah sawit PT.BSS.
Yang turun kejalan Rimbo Talang itu hanyalah belasan orang, itupun hanya terdiri dari sebagian besar terdiri dari wanita dan anak-anak, tetapi polisi yang mondar-mandir entah berapa banyak, lengkap dengan armada bus polisi dan mobil dinas lainnya.
Sebenarnya tidak salah Polres Agam bertindak sepertitu, sebab dalam suratnya yang ditujukan kepada Pimpinan PT. Bukit Sawit Semesta (BSS), tertanggal 15 September 2020 mengerikan, perihalnya pemblokiran Jalan Desa Rimbo Talang yang dijadikan sebagai jalan utama PT. BSS.
Inilah sebabnya Kapolres Agam AKBP. Dwi Nur Setiawan, S.IK, MH menurunkan anggotanya lengkap dengan armada, sebab, seolah-olah dari bunyi suratnya akan melakukan pemblokiran jalan besar-besaran, ternyata yang kumpul dipersimpangan itu hanya belasan orang, itupun hanya terdiri dari wanita dan anak-anak.
Meski hanya belasan orang, terdiri dari beberapa lelaki dewasa, wanita dewasa, dan anak-anak, mereka kuat juga bertahan, hingga sampai siang, sementara teriknya mentari bukan main. Menengok kondisi seperti itu, polisi merasa kasihan menyaksikan emak-emak, dan anak-anak kehausan. Polisi ingin menyuruh pergi tapi belum dapat akan.
Entah siapa dioantara polisi itu punya ide, untuk membubarkan belasan apak-apak, amak-amak, dan anak itu, polisi menangkap Riki, yang diduga motor penggeerak aksi tersebut. Seolah-olah Riki ditangkap, tetapi suatu taktik untukmembubarkan kumpulan belasan itu.
Riki ditangkap berikut kayu tebangan apak-apak itu, entah untuk apa kayu itu ditebang apak-apak itu tidak jelas. Takti polisi berhasil, apak-apak, amak-amak, dan anak-anak bubar. Berakhir babak cerita skandal aksi apak-apak, amak-amak, dan anak-anak ke PT. BSS Sabtu (19/9/2020.(LUKIMAN)