PADANG PARIAMAN, marapipost.com-Bupati Padang Pariaman, Sumatera Barat, John Kenedy Azis, mengajak seluruh lapisan masyarakat menjadikan kesiapsiagaan sebagai budaya bersama menghadapi potensi bencana. Hal itu disampaikan bupati ketika memimpin Apel Siaga Bencana Selasa (30/9/2025) di Tugu Gempa Lubuak Laweh, Nagari Tandikek Utara, Kecamatan Patamuan.
Padang Pariaman, jelas bupati, berada di jalur cincin api yang rawan gempa, banjir, longsor, abrasi, dan bencana lain. Karena itu, kewaspadaan dan kesiapsiagaan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak, kata Bupati JKA.
Kesiapsiagaan itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah, TNI/Polri, maupun BPBD, tetapi juga seluruh keluarga, nagari, hingga individu. “Jika sikap ini sudah jadi kebiasaan, maka kita akan lebih kuat, sigap, dan selamat ketika bencana dating”, ujar Bupati JKA.
Bupati juga mengenang gempa besar 30 September 2009 yang menelan banyak korban, termasuk di Padang Pariaman. “Kita hadir bukan membuka luka lama, tetapi mengambil pelajaran berharga tentang ketabahan dan kebersamaan”, tutur bupati lagi.
Apresiasi turut diberikan kepada pihak swasta, seperti Angkasa Pura yang menyerahkan 100 bibit patai dan sukun. “Momentum peringatan gempa ini harus menjadi refleksi untuk meningkatkan kewaspadaan, memperkokoh kebersamaan, dan menumbuhkan kepedulian sosial”, jelas Bupati JKA.
Kepala Pelaksana BPBD Padang Pariaman, Emri Nurman, menyebut kegiatan ini bertujuan memperkuat koordinasi lintas sektor, menumbuhkan kepedulian sosial, serta mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana.
Rangkaian acara meliputi apel bersama, kilas balik gempa 2009, penandatanganan ikrar penanggulangan bencana, tabur bunga di makam korban, serta penanaman pohon. Sebagai catatan, gempa 30 September 2009 berkekuatan 7,6 SR meluluhlantakkan Sumatera Barat, termasuk Padang Pariaman.
Ribuan jiwa meninggal, puluhan ribu luka-luka, dan ratusan ribu kehilangan tempat tinggal. Korong Lubuak Laweh, lokasi apel kali ini, merupakan salah satu kampung yang hilang akibat bencana tersebut.
Sejak itu, 30 September selalu dikenang bukan hanya sebagai hari duka, tetapi juga momentum memperkuat komitmen bersama membangun daerah tangguh bencana. Apel diikuti unsur Forkopimda, TNI/Polri, OPD, relawan, dunia usaha, pelajar, mahasiswa, tokoh masyarakat, serta organisasi perempuan.[*/kf]