PALEMBAYAN, marapipost.com-Anak cucu Ninik Mardin Datuak Kayo, selaku pemegang ulayat yang ditempati Pabrik Pengolah Sawit PT. AMP Palntation di Tapian Kandih, Nagari Salareh Aia Barat, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Jumat (19//9/2025) demo ke Pabrik Pengolah Sawit PT AMP Plantation di Tapian Kandih, menuntut, agar honorarium yang diberikan selama ini hanya Rp750 ribu per bulan ditingkatkan.
Tidak hanya itu, tuntutan lain, adalah terhadap penerimaan kariawan, Mardin Datuak Kayo menuntut terhadap penerimaan pegawai, banyak dan kemenakannya yang belum diterima, padahal, orang lain banyak yang masuk bekerja disana, aedang anak dan keponakannya hanya diterima beberapa orang saja, jeas Mardin Datuak Kayo.

Ada sekitar 60 orang anak cucu dan keponakan Ninik Mamak dibawah kendali Mardin Datuak Kayo di Tapian Kandih Jumat (19/9/2025) dari pagi pukul 09.00 WIB. Diawali dengan penyetopan armada pengangkut Buah Tandan Segar (TBS) kebun PT. APM. Semua armada pengangkut TBS kebun milik PT. AMP tidak dipderbolehkan masuk sebelum tumntutan mereka dikabulkan.
Pada awalnya hamper terjadi bentrok, sebab, salah satu petugas dari PT. AMP nekat memerintahkan sopir pengangkut TBS PT. AMP masuk ke pabrik. Terjadi tarik menarik, sambil salah satu petugas PT. AMP yang gempal itu menghardik, tapi anak cucu dan keponakan Mardin Datuak Kayo tidak gentar, armada tetap ditahan, beberapa orang berdiri didepan mobil sambil bersuara “ayo! Gilaslah kalau kuat”, ujar anak cucu dan keponakan Mardin Datuak Kayo.
Ketergangan itu diketengah Mardin Datuak Kayo Sendiri bersama dengan beberapa ninik mamak lain yang sehindu dengan Mardn Datuak Kayo, tapi Mardian Datuak Kayo sebagai rajanya yang berkuasa menurut sejarah zaman dahulu. Ada 9 ninik mamak dibawah komando Mardian Datuak Kayo, tapi yang rajanya adalah Mardin Datuak Kayo.
Pangkal bala pemicu demo ini, HGB Pabrik PT. AMP ini sudah habis, tau-tau perpanjangan HGBnya sudah diterbitkan saja, tanpa ada perhitungan dengan ninik mamak yang 9 dibawah kepemimpinan Mardin Datuak Kayo, padahal lahan yang ditempati pabrik pengolah sawit ini seluas 22 hektar, statusnya ulayat Mardin Datuak Kayo, statusnya untuk Pabrik PT. AMP hanya sebagai HGB, tau-tau perpajangan HGB nya sudah diterbitkan saja.
Hingga jelang masuk shalat Jumat, demo yang dikawal puluhan polisi dan TNI ini, belum memperlihatkan titik terang. Tapi sekitar pukul 14.00 WIB, Mardian Datuak Kayo berikut ninik mamak, anak cucu dan keponakan memasuki salah satu ruangan, apa hasil pembicaraan, hingga berita ini diturunkan, belum diperoleh informasi.
Ada beberapa kesalahan PT. AMP; tidak musyawarah dalam pelaksanaan HGB Pabrik, tidak menaikan honor 9 ninik mamak pemegang hak ulayat lahan pabrik, penerimaan tenaga kerja tidak sesuai dengan perjanjian semula, jelas Mardian Datuak Kayo.[lk]