AgamSumatera Barat

Sawah Pokok Murah Antara Harapan dan Kegagalan, Mestinya Uji Petik Dulu lah

×

Sawah Pokok Murah Antara Harapan dan Kegagalan, Mestinya Uji Petik Dulu lah

Sebarkan artikel ini
Seorang petani menjujung jerami padi untuk melaksamnakan kegiatan "Sawah Pokok Murah".

Oleh Lukman

KABUPATEN AGAM-marapipost.com-Tiada hari Pemerintah Daerah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, tanpa kampanye “Sawah Pokok Murah”. Kampanye itu uterus bergulir sebagai upaya untuk mengejar peningkatan produksi pangan.

Proram itu untuk mendukung program ketahanan pangan, terutama padi dan jagung. Karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Agam, gencar-gencarnya berkampanye, metode “Sawah Pokok Murah” itu hebat. Sebenarnya apa sawah pokok murah itu?.

Setiap Nagari (Desa diluar Sumatera Barat), diperintahkan membuat Sekolah Lapang (SL) Sawah Pokok Murah. Sawah pokok murah itu dibiayai dengan anggaran nagari. Beberapa wali nagari yang ditanya, tidak mengerti, apa sawah pokok murah itu. “Kami hanya menyediakan anggaran dari dana anggaran nagri pak, teknisnya orang pertanian lah yang tahu.

Penulis pernah menelusurui memnelusuri aktivitas sekolah lapang sawah pokok murah, dan dan bertanya kepada petani, kebetulan juga ikut dalam kegiatan SL sawah pokok murah. Hambar jawaban petani itu ketika ditanya tentang sawah pokok murah itu.

“Kalau masih ada dananya dari pemerintah, pekerjaan sawah pokok murah ini, kedepannya kami lanjutkan, tapi kalau tidak ada, tanam berikutnya saya tidak ikut lagi pak”, tutur seorang petani.

Kenapa?, Tanya penulis lagi. Dijawab petani, pekerjaannya ribet, menyusahkan, menukuk (Menambah) pekerjaan. Biaya tanam, biasanya Rp600 ribu, dengan sawah pokok murah naik jadi Rp1.300.000, tutur petani. Tapi ada juga petani lain yang bilang, ia berhasil dalam melaksanakan metode sawah pokok murah, tumbuh padinya bagus, berapa kenaikan produksi padi petani tersebut, belum ada penjelasan.

Belum ada data resmi dari pihak berkopeten, berapa persen kenaikan produksi padi sawah. Yang jelas informasi yang didapat dari medsos, sawah pokok murah banyak yang gagal, sementara pekerjaan bertambah, cari dan tebar jerami.

Karena itu petani tidak berselera lagi untuk melanjutkan metode sawah pokok murah ini, bila tidak ada uangnya. Alasan petani, pekerjaan bertambah, ribet, repot, dan makan waktu lebih panjang untuk bekerja.

Sebagian petani bilang, metode sawah pokok murah ini tidak lagi memakai pupuk, buat saja gludan (Pretak) disawah sesuai kuran, tanpa olah tanah, kemudian ditabur jerami, tidak pakai pupuk kimia (Anorganik). Hanya buat parit dengan tujuan untuk membuat petak sesuai dengan ukuran yang ditentukan, kemudian digenangi air.

Gludan (Petak sawah) dialas dengan jerami padi setebal 5 cm minimal, lalu ditanami. Apa benar begitu teknisnya atau tidak, penulis tidak mengetahui secara pasti, itu adalah hasil omom-omon dengan petani.

Kalau benar, sawah pokok murah tidak perlu pupuk buatan lagi lagi, Negara makin beruntung, petani tidak perlu memikirkan uang untuk beli pupuk, yang sulit dicari masyarakat, cukup hanya tabur jerami. Tapi untuk mencari jerami yang akan ditabur setebal 5 cm itu, juga sulit, dari mana jerami padi didapat, apabila semua petani sudah melaksanakan metode tersebut, kalau  sudah jadi program pemerintah.

Nah!, sekarang maari sama-sama kita kaji, para ahli bilang, tanaman padi sawah, secara garis besar butuh unsure Nitrogen, Pospor, dan Kalium. Unsur ini ada yang disebutkan ini yang berasal dari pupuk anorganik (Pupuk Buatan) dan ada yang berasal dari pupuk organic (Pupuk pupuk kompos).

Sepanjang penulis ketahui, tanpa pupuk anorganik, tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna, sebab pupuk organic tidak dapat menyediakan unsusr dengan cukup, kecuali dalam jumlah besar.

Dalam 100 kg pupuk Urea terdapat 46 kg N (Nitrogen), kebutuhan padi sawah 90 kg/hektar. Artinya dalam satu hektar dibutuhkan pupuk urea berkisar 200 kg/ha (4 karung Urea). Klau petani hanya memakai jerami segar, dari mana kebutuhan nitrogen diperdapat tanaman padi. Unsur nitrogen diperdapat dari pupuk organic, apabila jerami sudah lapuk.

Selain itu kandungan unsure Nitrogen dalam jerami padi hanya 0,67%, artinya dalam 100 kg jerami, hanya mengandung 0,67 kg Nitrogen, sementara untuk tanaman padi 90 kg/hektar.

Pupuk TSP (SP-36) sebanyak 100 kg/ha, dengan kandungan unsure hara 36%, sementara kandaungan unsure haranya 0,05-0,11%, sementara kebutuhan unsure posfor (P) 36 kg/ha. KCl (atau pupuk kalium lainnya) 50 kg/ha, sdementara kandungan unsure K dalam jerami hanya 2,0-2,1%.

Kesimpulannya, bila hanya menghandalkan jerami padi dalam keadaan tabor saja yang diharapkan untuk meningkatkan produksi, dirasa adalah sia-sia. Pemerintah Daerah Kabupaten Agam, janganlah menggunkan ilmu katak (Loncek), begitu teringat langsung melompat.[*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *