BUKITTINGGI, marapipost.com Pacu Kuda Wisata Derby Bukittinggi-Agam resmi digelar di Gelanggang Pacuan Kuda Bukik Ambacang dibuka secara resmi oleh Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol. Gatot Tri Suryanta, Minggu (11/5/2025) di Bukittinggi.
Perlombaan pacu kuda ini kembali memeriahkan daerah perbatasan antara Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam dengan semangat budaya dan kebersamaan yang kuat, sebagai acara tahunan dengan menghadirkan kuda-kuda pacu dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Tengah dan Sumatera Utara.
Ribuan pengunjung tumpah ruah memadati area gelanggang untuk menyaksikan langsung atraksi balap kuda yang telah lama menjadi tradisi masyarakat Minangkabau, khususnya di Luhak Agam. Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias, menyampaikan bahwa banyak peserta dari luar Sumatera turut ambil bagian dalam gelaran ini.
Ia menyebut keterlibatan kuda pacu dari provinsi lain menjadi bukti bahwa pacuan kuda di Bukittinggi-Agam telah menempati posisi penting dalam kalender event nasional. “Dalam pacuan hari ini, kuda-kuda dari Jawa Tengah dan Sumatera Utara juga ikut meramaikan pacuan”, tuturnya. Acara ini juga memperlihatkan sinergi antara unsur pemerintahan, adat, dan aparat keamanan.
Mewakili Niniak Mamak Kurai dan Agam, Datuak Sati menyampaikan rasa bangga atas pelaksanaan kembali event budaya ini. Ia menegaskan bahwa pacuan kuda bukan sekadar tontonan semata, tetapi warisan budaya yang perlu terus dijaga dan dilestarikan. Sebagai penghulu adat, kami bangga dan terharu, karena event ini bukan hanya sekedar hiburan, tapi warisan budaya yang harus dijaga.
Kegiatan ini tidak hanya menampilkan sisi olahraga rakyat, tetapi juga menjadi identitas dan denyut nadi budaya lokal yang telah mengakar sejak lama. Menurutnya, setiap dentuman kaki kuda yang berpacu di arena bukan sekadar perlombaan, melainkan simbol keramaian dan kebersamaan masyarakat.
“Ini sebagai identitas orang Minangkabau. Pacu kuda sudah lama menjadi denyut nadi orang Bukittinggi dan Agam. Bukan hanya olahraga rakyat, tapi juga lambang keramaian,” katanya. Lokasi gelanggang pacuan yang berada di perbatasan administratif antara dua wilayah menjadi simbol persatuan.
Di sisi selatan, gelanggang ini masuk dalam wilayah Kota Bukittinggi, sementara di bagian utara termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Agam. Pembagian ini justru memperkuat kerja sama antardaerah dalam melestarikan budaya yang sama-sama mereka warisi.
Bupati Agam, Beni Warlis, menegaskan bahwa pacu kuda di Bukik Ambacang merupakan cerminan sinergi dua wilayah yang memiliki akar budaya serupa. Ia menggarisbawahi bahwa keberlangsungan event ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat adat setempat.
“Berada di lapangan ini adalah wujud kebersamaan Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam. Dari dulu sampai sekarang, di lapangan ini eksis, budaya pacu kuda adalah alek nagari Luhak Agam yang diselenggarakan di Bukittinggi dan Kabupaten Agam,” katanya.
Pelaksanaan Pacu Kuda Wisata Derby tahun ini tidak hanya menjadi milik masyarakat lokal, melainkan telah menjangkau peserta dan pengunjung dari berbagai daerah. Keikutsertaan kuda pacu dari provinsi lain menunjukkan besarnya daya tarik tradisi Minangkabau ini secara nasional.
Acara ini juga memperlihatkan sinergi antara unsur pemerintahan, adat, dan aparat keamanan. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh jajaran penting lainnya, termasuk Komandan Komando Resor Militer 032/Wirabraja, Kepala BNN, Gubernur Sumatera Barat, serta Forkopimda dari Bukittinggi dan Agam.
Kehadiran para tokoh pemerintahan dan aparat ini menunjukkan bahwa pacuan kuda tak hanya dilihat sebagai event budaya, namun juga sebagai kegiatan strategis dalam mendukung sektor pariwisata dan mempererat sinergi antarwilayah.[Yun.S]