TIGOBALAI MATUR, marapipost.com-Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang masuk kandang jebak milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat di Taruyan, Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, berkelamin betina, dievakuasi ke Taman Marga Satwa dan Budaya Minantan, Rabu (12/3/2025).
Dokter Hewan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Kota Bukittinggi Yoli Zulfanedi di Lubuk Basung, Rabu, mengatakan harimau itu berkelamin betina dengan usia sekitar 3-4 tahun. “Harimau itu masih remaja dan belum pernah melahirkan,” dan masih dalam kondisi sehat, hanya mengalami luka pada bagian tubuh dan bisa ditangani atau disembuhkan.
Untuk telapak kaki terkelupas dan kaki depan bagian kiri mengalami luka sisa terkena jerat. Selain itu, jari kaki depan bagian kiri juga puntung atau terputus terkena jeratan, sehingga hanya memiliki satu jari. Sementara Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumbar Antonius Vevri mengatakan harimau berkelamin betina itu dinamai oleh masyarakat setempat, Simauang.
“Masyarakat sekitar menyepakati nama satwa ini Simauang,” Harimau itu masuk kandang jebak pada Selasa (11/3/2025) malam sekitar pukul 21.00 WIB, setelah BKSDA Sumbar memasang kandang jebak usai harimau itu diduga memangsa kerbau warga Taruyan, Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur pada hari Senin (10/3/2025).
Saat itu, Tim BKSDA Sumbar bersama Tim Patroli Anak Nagari (Pagari) Baringin, Pemerintah Nagari Tigo Balai dan masyarakat setempat melakukan pengawasan tidak jauh dari lokasi kandang. Tiba-tiba ada suara gaduh di dalam kandang dan auman dari satwa langka dan dilindungi undang-undang itu. “Ternyata benar seekor harimau masuk kandang jebak. Kandang jebak kita pasang setelah kerbau warga dimangsa satwa ini,” katanya.
”Harimaunya cacat di kaki depan bagian kiri. Telapak tangannya (kaki depan) putus, tetapi masih ada satu kuku tersisa. Kemungkinan kena jerat, lalu bisa meloloskan diri, tetapi telapak tangannya putus,” kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumbar Antonius Vevri, Rabu siang.
Harimau yang diberi nama Si Mauang ini, kata Vevri, sedang menjalani observasi di TMSBK Bukittinggi. Tujuannya supaya bisa dinilai apakah harimau ini layak untuk dilepasliarkan kembali atau tidak. Walakin, dengan kondisi cacat, harimau ini kemungkinan besar akan kembali memangsa ternak warga jika dilepaskan kembali.
Vevri mengatakan, harimau setidaknya tercatat muncul dan memangsa ternak warga di Matur dan kecamatan sekitarnya sejak 2023. Pada 2024, kemunculan harimau itu sangat intens. Berdasarkan corak belangnya, Si Mauang pernah terekam atau terfoto di Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuh.
Kasus terakhir, lanjut Vevri, Si Mauang memangsa anak kerbau di Jorong Taruyan, Senin (10/3/2025). Mendapat laporan dari warga, petugas BKSDA Sumbar melakukan verifikasi. Pada hari yang sama, petugas memasang kandang jebak untuk mengevakuasi harimau itu.
”Harimau ini banyak menimbulkan korban hewan peliharaan warga. Terakhir, Senin kemarin. Selain soal ternak, lokasinya itu sekitar 100 meter dari rumah penduduk. Jadi, itu pertimbangan memasang perangkap,” ujarnya.
Vevri menambahkan, lokasi kemunculan harimau itu berdekatan dengan hutan, baik hutan di areal penggunaan lain, hutan lindung, maupun cagar alam. Kemungkinan besar harimau keluar dan memangsa ternak karena kondisi fisiknya yang cacat sehingga lebih mudah memangsa ternak.
Camat Matur Zulfikar Zulkifli berterima kasih kepada BKSDA Sumbar karena sudah mengevakuasi harimau Si Mauang. Apalagi kondisi cacat pada harimau memungkinan kembali memasangsa ternak jika tidak dievakuasi. Warga pun sekarang lebih lega dan tidak khawatir beraktivitas di luar rumah. ”Matur dan Palupuh ini, kan, daerahnya rimba. Takutnya nanti manusia yang dimangsa. Kemarin masih memangsa ternak,” kata Zulfikar.[Yun.S]