TANJUNG MUTIARA, marapipost.com-Memasuki bulan ketiga meninggalnya Aliwarman (53 tahun) Satpam Plasma KUD Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, masih dirakan pedih oleh keluarga yang ditinggal almarhum. Sebebab, kematian almarhum dinyatakan oleh pihak kepolisian digigit ‘Biawak (Gadabah)’. “Tidak mungkin kakak saya meninggal digigit biawak (Gadabah)”, tutur adik korban Mayarni (46 tahun).
Mayarni, ditenui dirumah kediamannya Rabu (24/7/20224) di Jorong Masang, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terlihat masih sedih mengenang peristiwa pada bulan April 2024, tepatnya hari Senin 29 April 2024.
Ketika itu, tutur Mayarni, kakaknya itu sama piket dengan teman sesama piket dengan teman korban bernama Dayus, tapi pada hari kejadian Senin tanggal 29 April 2024 itu, ia tidak bersamaan berangkat ke tempat tugas, kakaknya lebih dahulu berangkat. Tau-tau sorenya sudah diterima saja informasi kakaknya itu ditemukan meninggal dunia tergeletak dilahan kebun plasma sawit KUD Tiku V Jorong di Jorong Labuhan, Nagari Tiku V Jorong.
Mendapat informasi seperti itu, badan serasa disambar pertir, karena berangkatnya ketempat tugas dalam keadaan segar bugar, tidak ada kelihatan sesuatu yang terlihat dari tubuhnya, tau-tau sudah diterima saja informasi korban ditemukan tidak bernyawa lagi.
“Dari hasil pemeriksaan pihak rumah sakit, kakak saya itu meninggal dunia karena digigit Biawak (Gadaba), rasanya mustahil, sebab pakaiannya tidak ada yang robek, apa mungkin binantang itu tiba-tiba saja menyerang mengambil kedua mata korban?”, tutur adik korban Mayarni.
Dijelaskan Mayarni, ia curiga, kakaknya itu meninggal dunia, diduga karena ada tindakan kekerasan, sebab pada kepala bagian belakang memar, ditelinga ada luka goresan, tapi telinganya tetap utuh, yang hilang itu adalah kedua matanya. “Apakah mungkin binang (Gadabah) itu langsung mengambil kedua matanya!”, tutur Mayarni balik bertanya.
Sesungguhnya, ia tidak diam saja ditimpa kejadian ini, ia terus berupaya agar pelaku pembunuhan itu dapat ditangkap, dan dihukum berat, tapi ia tidak tahu jalan, sebab polisi telah menyatakan kematian kakaknya itu disebabkan digigit Gadabah.
Terbentur atas pernyataan polisi itu, ia beralih mencari tahu melalui dukun. Ia mendatangi berbagai dukun agar dapat diketahui, penyebab kematian kakaknya yang akan diangkat jadi ‘Datuak’ itu. Mencari dukun sampai ke Sijunjung, ke Pasaman, dan berbagai tempat, semua dukun menyatakan, dalam penglihatannya kakaknya itu meninggal dunia dikarena pembunuhan.
Sipa pelakunya, tidak disebutkan sang dukun itu, tapi semua dukun menyatakan dalam penglihatannya menyebutkan, korban meninggal dunia disebabkan, atas tindakan kekerasan pembunuhan. Setelah dapat penjelasan dari berbagai dukun itu, ia tidak ada upaya lagi, sebab ia merasa jalan sudah tertutup, pihak kepolisian yang diharapkan dapat mengusut peristiwa ini, sudah ambil kesimpulan, korban meninggal dunia disebabkan diterkam Gadabah.
Kapolres Agam AKBP Muhammad Agus, SH, SIK, yang dijumpai usai Shalat Ashar beberapa waktu dipelataran Masjid Komplek Mapolres Agam di Padang Baru Lubuk Basung, mempersilakan konpirmasi dengan Reskrim Polres Agam didampingi humas, sudah berkali-kali ingin menjumpai, tapi hingga berita ini diturnkan belum berhasil.
Pengacara Pos Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Advokat Indonesia Cabang Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Fendi Sihaloho ketika diminta komentarnya terhadap kasus kematian Aliwarman ini, mengatakan, kematian korban tidak mungkin disebabkan diserang Binatang (Hewan) Gadabah (Biawak).
Dibaca dari pemberitaan berbagai media menyatakan pakaian korban utuh, tidak ada yang sobek, tubuh lainnya tidak ada yang terluka. “apakah binatang itu langsung saja menyerang terhadap kedua matanya”, jelas Loho menjelaskan.[lk]