Oleh: Tegar Daratul Hikmah
Mahasiswa UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar dan terarah terhadap orang lain, yang dipengaruhi oleh makna-makna sosial yang terkandung di dalamnya serta konteks sosial tempat tindakan itu dilakukan. Max Weber mengklasifikasikan tindakan sosial menjadi empat, yaitu: tindakan sosial rasional instrumental, tindakan sosial rasional nilai, tindakan sosial afektif, dan tindakan sosial tradisional.
Tindakan sosial tradisional merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia. Menurut Silfia Hanani (2017:214), “Tindakan sosial tradisional merupakan tindakan yang sudah dilakukan secara turun-temurun, dan dipelihara dengan baik”.
Tindakan Sosial Tradisional menurut Max Weber memang memiliki ciri yang unik dan khas. Tindakan ini diasumsikan sebagai bagian dari sebuah tradisi yang dimiliki oleh masyarakat. Tindakan sosial tradisional sering dijumpai dalam budaya masyarakat Indonesia.
Salah satu tindakan sosial tradisional yang terdapat di Indonesia adalah tradisi Bakaua Adat. Bakaua Adat merupakan tradisi yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Bakaua Adat merupakan salah satu bentuk syukur atas hasil panen yang diberikan.
Selain mensyukuri nikmat serta berdoa memohon rezki kepada Allah SWT, Bakaua juga untuk menciptakan kebersamaan dan kekompakan serta menjalin silaturahmi antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah, Kecamatan maupun Nagari.
Dt. Rajo Mamat yang merupakan Urang Tuo Nan Barampek Nagari Padang Laweh mengatakan bahwa, “Bakaua ini adalah kesepakatan Niniak Mamak dahulunya tentang turun ke sawah yang di mana, setiap mulai turun ke sawah diadakan yang namanya Perkauran Nagari”.
Sementara itu, Dt. Bandaro Sutan mengatakan bahwa, “Dalam mengikuti tradisi Bakaua Adat, masyarakat Sijunjung melakukan kegiatan Berkaul Nagari yang dilakukan dengan menampilkan tradisi-tradisi yang telah dilaksanakan oleh nenek moyang”.
Bakaua Adat di Sijunjung memiliki perbedaan antara satu Nagari dengan Nagari yang lain. Hal ini menunjukkan perbedaan tradisi antar Nagari yang menjadikan Bakaua Adat di Sijunjung semakin unik dan menarik untuk dijelajahi.
Bakaua Adat di Sijunjung biasanya dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Nagari, baik tua maupun muda. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap tahunnya dan menjadi acara penting masyarakat Sijunjung. Bakaua Adat biasanya dilaksanakan pada saat musim tanam padi yang disebut dengan istilah “Bakaua Sawah”.
Di Nagari Sijunjung Bakaua Adat diselenggarakan di “Los Tabek”, tempat pertemuan khusus untuk kegiatan adat. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, dan Bupati Sijunjung bersama dengan OPD dari Pemerintahan Kabupaten Sijunjung. Selain itu, pemerintah Kecamatan, Wali Nagari, dan seluruh perangkatnya juga turut serta dalam kegiatan penting ini.
Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengikuti tradisi ini. Salah satunya adalah mempersiapkan barang-barang yang diperlukan dalam kegiatan Bakaua Adat, seperti alat bercocok tanam, alat musik tradisional seperti gendang dan serunai.
Selain itu, masyarakat juga memakai baju adat khas Sijunjung yang dikenakan pada saat Bakaua Adat berlangsung. Acara Bakaua Adat atau Berkaul Adat ini melalui proses yang panjang, yang diawali dengan penyembelihan kerbau. Untuk jumlah kerbau yang disembelih tergantung berapa kali panen dalam satu tahun.
Selama acara Bakaua Adat berlangsung, terdapat beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sijunjung. Tradisi ini telah dilaksanakan sejak nenek moyang dan menjadi warisan budaya yang dijaga oleh masyarakat.
Beberapa tradisi tersebut adalah: Perkauran Nagari, Perkauran Nagari adalah bentuk kesepakatan antar Niniak Mamak tentang turun ke sawah dan memulai kegiatan bercocok tanam. Setiap Nagari memiliki tradisi yang berbeda dalam melakukan Perkauran Nagari ini.
Menarik Tanah Sawah, Menarik tanah sawah masyarakat Sijunjung yang terlibat dalam Bakaua Adat. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan dan permohonan pada Tuhan yang maha esa yang dipercaya oleh masyarakat Sijunjung agar hasil panen bisa melimpah.
Makan Bajambak, Acara ini dimulai dengan doa-doa dan syukuran, diikuti dengan tarian dan musik tradisional yang mengiringi prosesi. Salah satu elemen utama dari Bakaua Adat adalah hidangan yang disajikan secara khas yang dibawa menggunakan dulang.
Hidangan ini mencakup berbagai macam makanan tradisional Minangkabau, seperti rendang, gulai, lemang, dan kue-kue khas daerah. Makanan ini biasanya disajikan dengan cara yang menggambarkan kesederhanaan dan kekayaan budaya Minangkabau. Makan bersama ini menjadi tanda persatuan dan kebersamaan antar sesama masyarakat Sijunjung.
Seni Musik Tradisional, Seni musik tradisional juga menjadi bagian dari acara Bakaua Adat Sijunjung. Berbagai alat musik tradisional seperti gendang, serunai, dan talempong dimainkan oleh masyarakat sebagai tanda kegembiraan dan rasa syukur atas terlaksananya acara Bakaua Adat.
Kegiatan Bakaua Adat menjadi bukti bahwa masyarakat Sijunjung masih memegang teguh tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya. Bakaua Adat menjadi suatu kegiatan yang memiliki nilai historis dan dapat memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan antar masyarakat Sijunjung.[*]