LUBUK BASUNG, Marapi Post-Beberapa tahun ini, banyak sekolah, terutama sekolah dasar yang digabungkan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dengan alasana, kekurangan murid, hingga muncul istilah, lebih banyak guru dari pada murid.
Sesungguhnya alasan itu, boleh-boleh saja, disebab, ada diantaranya yang akan masuk sekolah di kampung sekitar sekulah sudah berkurang, ada juga yang tata letak sekolah yang terlalu berdekatan, diantaranya, SD Negeri 17 Balai Ahad, berdekatan dengan SD Negeri 16 Balai Ahad, dan di Simpang BK ada SD Negeri 01 Balai Ahad.
Tetapi sesungguhnya, bukan itu saja penyebab berkurangnya murid, penyebab lainnya, orang tua ingin menyekolahkan anaknya disekolah-sekolah yang lebih banyak pelajarannya kepada keagamaan (Islam), itulah sebabnya, murid di Sekolah Dasar makin berkurang. Sebaliknya, sekolah-sekolah Islam Terpadu (IT), memilik murid yang lebih.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Drs. Isra, M. Pd, menjawab pertanyaan media online marapipost.com Senin (31/10/2022) tidak membantah, ketika diurai penyebab semakin ditinggalnya sekolah umum (SD, SMP, SMA) oleh murid, pelajar, dan siswa.
Apalagi ada issu, pelajaran agam (Islam) akan ditiadakan disekolah. Tapi ketika ditanya marapipost.com, pelajaran agama (Islam) akan dihapus, dibantah Drs. Isra, M. Pd. “Ah!, tidak ada itu, hingga sampai sekarang, pelajaran Agama Islam tetap ada disekolah, baik SD, maupun SMP, dan sekolah sederajat lainnya. Hanya saja, terang Isra, jamnya sedikit, hanya 3 jam pelajaran satu minggu.
Karena itu Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Isra, dengan tegas minta kepada sekolah-sekolah dibawah naungan Pemda Kabupaten Agam memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, karena semakin beratnya saingan mutu pendidikan saat ini.
Untuk menjaga kestabilan jumlah murid di sekolah, baik SD, maupun SMP, Pemerintah telah ambil kebijakan membentuk zona sekolah, tapi itu hanya berlaku untuk sekolah umum, apabila orang ingin menyekolahkan anaknya di SDIT, SMPIT, pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan tidak boleh interpensi.
Obatnya tidak lain tidak bukan, hanyalah bagaiman masing-masing sekolah ditingkat dasar dan menengah pertama mampu mengambil hati wali murid, manfaatkan dana bos dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk demi kepentingan kemajuan pendidikan, jelas Isra.
Berkembang issu, tidak ada pelajaran sejarah di sekolah, itu juga tidak bebenar, hanya saja pelajaran sejarah disatukan dalam kelompok yang namanya IPS. Pada kesimpulannya, Isra menegaskan, masing-masing sekolah umum bersainglah dengan meningkatkan mutu. Kalau di SDIT ada praktek shalat, di SD atau SMP juga adakan juga praktek itu.
“Oooooo!, di SDIT ada praktek menyalatkan mayat, di SD atau SMP juga praktekan itu. Kan dan bos ada, manfaatkan lah dengan sebaik-baiknya”, tegas Isra. Tidak perlu pula harus diperintahkan. Pokoknya, bagaimana caranya upaya agar mutu sekolah tinggi, itu tergantung kepala sekolah, ia yang lebih tahu, imbuh Isra.[lk]