AMPEK ANGKEK, Marapi Post-Kasus stunting dan DBD mendera Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terutama pada beberapa bulan terakhir.
Ketua Komisi IV DPRD Agam Guswardi mengundang Tim Pendamping Keluarga (TPK) ke Kantor Camat Ampek Angkek Selasa (20/9/2022) untuk mencari langkah penanganan dan DBD tersebut.
Pertemuan Komisi IV DPRD Agam di laksanakan di aula Kantor Camat Ampek Angkek, juga dihadiri anggota Komisi IV, Nesi Harmita ST, Suhermi S Pd, Edwar Dt Manjuang Basa, Salman Linover, Drs Adrius, Mardisal Athan, Mardanis, Bulqaini S Fil. Juga didampingi sekretariat DPRD, perwakilan puskesmas, walinagari PKH, Penyuluh KB.
Pertemuan dibuka Camat Ampek Angkek, Ekko Espito S STP MA. Camat memaparkan data stunting di Kecamatan Ampek Angkek. Begitu juga kasus DBD. “Alhamdulillah angka DBD sudah menurun saat ini”, terang camat. Jika DBD meningkat lagi, kami berharap dilaksanakan foging di seluruh wilayah kami, kata camat.
Anggota Komisi IV mempertanyakah, apakah stunting yang ada dalam laporan tersebut sesuai dengan keadaan saat ini?. Kami Komisi IV DPRD sebagai bagian pengawasan, menyakan kepada Puskesmas, atas kebenaran data tersebut, apakah akurat dan sesuai dengan di lapangan, tanya Guswardi.
Penjelasan dari Puskesmas Biaro, dr. Annisa Sofiana. Penyebab dan kendala dalam masalah stunting dan viral saat iji di wilayah kami pertama, banyaknya orang tua yang tidak mau membawa anaknya ke posyandu untuk melakukan pendataan timbangan dan pengukuran tinggi badan anak.
Setelah itu kami melakukan swiping langsunga kerumah warga dengan melakukan timbangan dan pengukuran tinggi di rumah warga tapi alat tidak akurat dikarenakan kondisi lantai warga yang tidak rata. Banyaknya para orang tua yang tidak mau anaknya diimunisasi. Adanya tambahan tablet tambah darah untuk para remaja putri ke sekolah sekolah”, Jelasnya.
Sementara dari kader Posyandu menyampaikan keluhan, saat mendatangi beberapa warga ke rumah langsung ada beberapa ibu yang mengalami hamil yang kurang sehat dan melahirkan anak yang memang mengalami gizi stunting.
Dari itu kami selalu melakukan pengawasan langsung ke anak tersebut. Kami dari kader Posyandu memintabke nagari dan Bapak anggota Dewan langsung agar adanya bantuan berupa tambahan gizi untuk anak yang mengalami stunting.
Dari KB, kami selalu memberikan penyuluhan-penyuluhan ke warga disekitar mengenai pencegahan stunting ini.
Lebih lanjut, Suhermi, S.Pd memberikan kiat-kiat untuk meningkatkan ibuk-ibuk agar mau ke Posyandu dengan memberikan tambahan berupa buah tangan beras jempitan . Adanya donator Posyandu untuk menambah PAD kader Posyandu. Tambahan ilmu dan pelatihan untuk meningkatkan ilmu para kader.
Dari PKH, kontribusi untuk penanganan stunting dari PKH sendiri selalu melakukan yang terbaik. Tapinpada saat ini, PKH sendiri tifak dapat lagi memberikan aplikasi atau sanksi bagi para warga yang tidak mau datang keposyandu maupun mencek kesehatan anaknya ke Posyandu. Biasanya PKH sendiri memberikan paket berupa tas sekolah buku dan lain-lain.
Dikarenakan tidak adanya anggaran dari Pusat. Tetapi saat ini masih banyak yang menerima bantuan PKH. Kemudian faktor keturunan garis orang tua menyebabkan susahnya kami menangani masalah stunting ini.
Perwakikan nagari pananpuang, menjelaskan tentang stunting ada 2 faktor, eksternal dan internal. Kalau masalah pengukuran adanya alat yang tidak akurat.
Di nagari panampungan tidak adanya gedung untuk tempat pelaksanaan Posyandu. Masalah eksternal yaitu masalah kedua orang tuanya yang tidak memberi izin untuk datang ke Posyandu.
Kami para walinagari yang ada kecamatan Ampel angkek ini, bersama-sama untui pengendalian masalah stunting dan DBD yang angka sangat tinggi saat ini di wilayah Ampek Angkek. Kami juga sangat mengapresiasi para para Kader yang telah turun kelapangan dalam pendataan stunting ini.
Kesimpulan kami komisi IV DPRD Kabupaten Agam, mengikuti atas kesepakatan dari Camat”, tuturnya.(lk)