MATUR, Marapi Post-Lawang, kalaupun masih ada orang tidak kenal dengan Lawang, mungkin tidak seberapa yang tidak mengetahui, sekurang-kurangnya tahun nama, sebab Lawang itu dikenal dengan berbagai kekayaan alam, indahnya pemandangan, dan masih bertahannya industri rumah tangga penghasil gula tebu.
Lawang, salah satu nagari di Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dahulunya di Lawang itu ada pabrik gula bernama Saribulan, tapi sayangnya pabrik itu sudah lama mati. Lokasi pabrik itu kini sekolah kejuruan.
Meski pabrik gula Saribulan mati, tapi pabrik gula tradisional, menghasilkan gula saka tetap bertahan. Malah gula saka yang dihasilkan industri rumah tangga itu belum ada yang dapat mengalahkan. Gula saka itu melayang keberbagai pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modren.
Ada sebait pantun didapat disana. Pantunya, ‘Lompong Sagu Bagulo Lawang, Baju Baru Kantongnya Kosong. Industri rumahtangga membuat gula saka, tidak menerapkan teknologi modren, tapi penggilingan batangan tebu dengan tujuan memeras airnya, hanya ditolong seekor ternak.
Alat yang tarik ternak melinkar itu disebut dengan mengilang. Alatnya sederhana itu disebut ‘Kilang’. Kilang dibuat dari bahan baku kayu. Pemerintah berupaya mengganti peralatan kilang itu dengan mesin, tapi ternyata belum berhasil, pengolah tebu tetap ketagihan menggunakan ternak untuk menggilang tebu.
Nagari Lawang tidak hanya dikenal dengan penghasil gula (Saka) lawang, tapi juga dikenal dengan objek wisatanya Puncak Lawang. Objek Wisata Puncak lawang itu, dari kesehari semakin cantik. Pengelolanya saat ini tengah membangun penginapan, sehingga, bagi yang menginap di Puncak Lawang itu akan dapat menyaksikan indahnya Kawasan Danau Maninjau dari negri diatas awan itu.
Kelap-kelip lampu menghiasan perkampungan dilembah Danau Maninjau, kelihatan jelas dari ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut. Melepas pemandangan dimalam hari mengintari kawasan Danau Mninjau dari Puncak Lawang, bagai memandang kota besar. Tidak jelas mana yang rumah penduduk dan mana yang Keramba Jaring Apung (KJA).
Pengusaha jaring apung, dimalam hari juga menyalakan lapu dibangunan KJA yang ia miliki, dengan tujuan untuk menjaga ikan budidaya mereka dari gangguan. Tapi dilihat dari Puncak Lawang dimalam, KJA terlihat seperti gedung berting tinggi. Tidak percaya?, lepas pandangan dimalam hari dari Puncak Lawang. Lepas pemandangan dimalam hari di Puncak Lawang bagaikan dialam mimpi.(LUKMAN)