Padang PariamanSumatera Barat

Bupati JKA Resmikan Jalan H. Ismael Wahid, Potensinya, Objek Wisata Baru

×

Bupati JKA Resmikan Jalan H. Ismael Wahid, Potensinya, Objek Wisata Baru

Sebarkan artikel ini
Bupati Padang Pariaman Jonh Kenedy Azis menggunting pita peresmian Jalan H. Ismael Wahid.

PADANG PARIAMAN, marapipost.com-Bupati Padang Pariaman, Sumatera Barat, John Kenedy Azis, Rabu (25/6/2025) meresmikan Jalan H. Ismael Wahid di Korong Koto Kaciak, Nagari III Koto Aur Malintang (Batu Basa), Kecamatan IV Koto Aur Malintang. Jalan sepanjang lebih kurang 2 kilo meter tersebut dibangun keluarga 8 bersaudara, dengan nilai sekitar Rp750 juta.

Bupati John Kenedy Azis mengaku bangga dan haru begitu tingginya semangat gotong royong dan swadaya luar biasa dari para perantau, secara mandiri membangun infrastruktur kampung halamannya. Bupati John Kenedy Azis mengingatkan pengguna jalan, agar membatasi tonase kendaraan yang melintasi jalan ini, sebab, kata bupati, ketahanan dan kekuatan kontruksi beton (Semen), tidak sama kekuatannya dengan aspal panas (Hotmix).

Bupati menyarankan, untuk membatasi kendaraan keluar masuk jalan ini, sebaiknya dipintu masuk dipasang plang. Tujuannya untuk membatasi kendaraan yang masuk, agar kedaraan yang bukan kelasnya, tidak masuk keruas jalan ini.

Tapi yang jelas Bupati JKA mengucapkan terimakasih tiada taranya kepada keluarga yang telah membangun jalan ini secara swadaya. “Di tengah keterbatasan anggaran daerah akibat efisiensi fiskal, apa yang dilakukan para perantau ini benar-benar sangat berarti. Kami, atas nama pemerintah daerah, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya. Ini sangat membantu pemerintah dan tentu sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat”, ungkapnya.

Pengerjaan pembangunan jalan ini makan waktu sekitar 4 bulan. Donatur utama pembangunan adalah H. Dulhadi Bahudin, akrab disapa H. Dul dan Hj. Yusneti Ismael Wahid (tergabung dalam Yossie Group), bergerak pada usaha jual beli emas sukses di Jakarta. Keduanya merupakan tokoh perantau asal Nagari III Koto Aur Malintang.

Sebelum diresmikan Bupati Padang Pariman John Kenedy Azis, H. Dul dan Hj. Yusneti mengungkap historis dan sejarah kehidupan masa lalu ditempat semula ia tinggal bersama. H. Dul dan Hj. Yusneti mengenang masa kecilnya tinggal di kampung halaman.

Terharu, ia menceritakan, ketika itu ia harus melewati jalan setapak, sempit dan gelap, dan kerap merasa waswas karena takut diganggu binatang buas. Bukan itu saja, untuk pergi mandi ketempat disungai sangat jauh, melintasi lurah yang dalam, dan jauh. Setelah mandi terasa dingin, tapi setelah sampai dipondok, kembali berkeringat.

Justeru itu H. Dul dan Hj. Yusneti bertekat membangun kampung, seperti yang telah diagendakan ini. Jalan dibangun dengan kontruksi berbentuk “Rel” yang biasa diterapkan pada pembangunan jalan usaha tani ini, dapat dimanfaatkan siapa saja. Tapi ia meminta kepada pengguna jalan, agar sama-sama menjaga, agar jalan yang sudah dibangun ini tidak cepat rusak, bila rumput dan semak liar tumbuh mohon dibantu untuk dibersihkan.

“Pengalaman itu membuat kami bertekad suatu hari membangun kampung agar lebih mudah diakses dan masyarakat bisa beraktivitas dengan nyaman, tanpa rasa takut,” tutur Hj. Yusneti.

Mereka juga berpesan kepada masyarakat agar jalan yang telah dibangun ini dirawat dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, sebagai penunjang mobilitas warga serta upaya meningkatkan kesejahteraan bersama.

“Jalan ini adalah bentuk kasih sayang dan kepedulian kami dari rantau. Semoga membawa manfaat, mempererat silaturahmi, dan membuka peluang-peluang baru bagi kampung halaman tercinta,” ujar H. Dul penuh haru.

Jalan H. Ismael Wahid membentang sepanjang 1.600 meter dengan propel jalan telah dibuka selebar 8 meter, bila ditingkat nanti, lebar jalan tidak ada permasalahan lagi. Awalnya, jalan ini hanyalah jalan setapak sempit yang biasa digunakan masyarakat untuk menuju kebun dan sawah. Berkat gotong royong dan dana swadaya masyarakat, kini jalan tersebut telah dirabat dua lajur layaknya rel kereta api, dengan masing-masing lajur selebar sekitar 90 cm hingga 1 meter. Sementara itu, jarak total dari tepi ke tepi jalan mencapai 8 meter, memberikan ruang yang cukup untuk kendaraan roda empat.

Peresmian jalan ini tidak hanya menjadi bukti nyata kepedulian perantau terhadap kampung halaman, tetapi juga menjadi inspirasi bagi nagari-nagari lain untuk memperkuat semangat kebersamaan dan kemandirian dalam membangun daerah. Kawas ini punya potensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata, dari atas dengan ketinggia yang cukup tinggi itu dapat disaksikan seluruh keindahan alam sekitarnya.[lk/kf]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *