PAYAKUMBUH, Marapi Post-Belum tentu setiap pembangunan itu menyenang tergantung sudut pandang kebutuhan dan kepentingan. Seperti rencana pembangunan jalan Trans Sumatera Jalur Padang-Pekanbaru Seksi IV Payakumbuh-Pangkalan, melewati 3 nagari di Kecamatan Harau Kabupaten Limpuluh Kota, Sumatera Barat masih ada yang belum mau menerima.
Dua nagari di Kecamatan Harau terdampak langsung dari rencana tersebut, yakni Jorong Tigo Balai Nagari Lubuak Batingkok dan Jorong Gurun dan Jorong Lubuak Jantan di Kenagarian Gurun.
Dari foto satelit yang dipapar pihak Konsultan proyek tol, PT.HKI (BUMN) pada acara sosialisasi di Tifa Café, menjelaskan dengan media foto satlit ke pada unsur unsur masyarakat nagari tersebut.
Dari pemahaman warga dalam pertemuan tersebut, masyarakat di dua nagari itu mendesak tokoh tokoh masyarakat mendesak Kerapatan Adat Nagari(KAN) masing-masing untuk segera melakukan pertemuan menyikapi rencana permbngunan jalan tol yang akan membelah wilayah nagari tersebut.
Nagari Lubuak Batingkok segera menyikapi hasrat masyarakat itu, Sabtu sore (19/9/2020) dihadiri Ketua KAN Lubuak Batingkok H.Nurkhalis Dt.Bijo Dirajo, S.Pt. Tidak main-main, pertemuan itu juga dihadiri Sekretaris DPRD Provinsi Sumatera Barat. Rapat ini dipimpinan Wakil ketua KAN D. Dt.Tunali. Juga hadir Wali Nagari Lubuak Batingkok dan beberapa masyarakat.
Rapat ini melahirkan, rencana pembangunan jalan tol itu, masyarakat menolak melalui pemukiman masyarakat, dengan alasan; pembangunan jalan tol berakibatkan hilangnya Balai Adat, musholla dan banyak lahan pertanian yang produktif dan rumah penduduk.
Pembangunan diprediksi melalui nagari akan menimbulkan masalah yang tidak akan dapat diantisipasi, yang akan berujung terjadinya perpecahan antara sesama masyarakat. Pembangunan jalan tol berakibat hilangnya satu jorong yakni Jorong Tigo Balai.
Masyarakat meminta pembangunan jalan tol dialihkan agar tidak mengorbankan rumah dan bangunan penduduk dan lahan produktif. Menurut laporan Wartawan Marapi Post dari Payakumbuh Sabtu (26/9/2020), hasil pertemuan itu akan dituangkan dalam dokumen dan untuk di kirimkan kepihak terkait pembangunan jalan tol tersebut, Kami akan menyurati PT.HKI , Bupati, Gubernur, DPRD, dan pihak lainnya.
Gelombang genolakan juga datang dari masyarakat yang terdampak, yaitu dari masyarakat jorong Tigo Balai, jamaj Masojit Buya Pirin, ia mengeluhkan kepada awak media ‘ saya sudah menabung 60 tahun lamanya untuk membangun rumah sederhana ini dan sekarang akan di gusur , saya tidak mengizinkan siapapun yang akan menggusur rumah saya dengan alasan apapun ‘ ujar beliau berapi api
Dodi dari Jorong Lubuak Jantan, Nagarian Gurun, menjelaskan, rumah dan lahan satu satunya yang dimiliki keluarganya, yang diperoleh turun-temurun semenjeka 8 generasi, dibuktikan pandam kuburan yang terletak dibelakang rumahnya. “Kualat saya kalau menyetujui rumah dan tanah ini di gusur untuk dijadikan jalan, kesimpulannya, mewakili masyarakat di Nagari Gurun, kami menolak”, jelas Dodi.
Keluhan beriring tangisan dari seorang nenek Tek Minehh (78), sawahnya yang sebut ‘Balupak’ (Babidang) ‘ambo’ (Saya) nan ‘salupak’ (Bapiriang=Bapetak) ka di gusur pulo, jo apo ka makan lai , ambo ndak ado sawah nan lain”, tangis nenek sambil menyeka air mata.(SUKRIANTO)