By Iron Maria Edi
Wali Nagaei Salreh Aia
Tidak lama berselang ulasan tentang Harimau di Salareh Aia dibuat, ternyata muncul peristiwa yang memantik rasa khawatir kita dimana salah seorang anak kita, cucu kemenakan kita di Nagari Manggopoh dinyatakan meninggal dunia karena di korban diseret buaya.
Konflik antara satwa ini dengan masyarakat lokal di Nagari membuat jemari ini tak nyaman untuk tidak membuat ulasan mengenai sedikit kearifan lokal dan cerita tentang Inyiak yang satu ini.
Kehadiran Harimau “Puti Maua” di wilayah daratan yang telah selesai dilakukan mitigasinya, ternyata tak lama setelah itu muncul satwa di perairan yang konflik dengan masyarakat. Kedua satwa ini merupakan satwa yang berada di posisi teratas dirantai makanan hanya bedanya yang satu di daratan dan yang satu lagi berada di perairan. Namun kedua satwa ini dalam perspektif masyarakat lokal memiliki panggilan Inyiak.
Banyak juga cerita yang beredar dimasyarakat lokal terkait hubungan erat satwa Buaya dengan manusia. Kearifan orang tua-tua dahulu yang hidup diwilayah perairan seperti aliran Batang Masang mulai dari hulu sampai ke muara menjadi satu nilai dan moralitas yang di pacik arek diganggam taguah oleh masyarakat lokal di wilayah perairan itu.
Mulai dari yang terkecil mencuci bekas makan di wilayah perairan Batang Masang yang mengandung kunyik dan lado sampai yang membahayakan tetap ada rasa kehati-hatian takut mengganggu Inyiak yang hidup di perairan itu.
Mandi di sungai yang diharuskan memakai basahan, sampai beraktifitas apapun di wilayah perairan Batang Masang selalu terhubung dengan komunikasi dengan Inyiak, minimal waspada agar satwa ini tidak terganggu dengan ulah tindakan maupun moralitas di perairan.
Karena kuatnya hubungan keseganan, dan takut saling terganggu maka banyak juga terjadi peristiwa saling tolong menolong antara masyarakat lokal dengan satwa ini. Mulai dari persahabatan mencari ikan, kerang, dan bahkan muncul tokoh tokoh yang sangat dekat dengan buaya Batang Masang.
Intinya segala apapun tindakan manusia atau masyarakat lokal terhadap Batang Masang selalu diukur dengan rasa atau empati terhadap Inyiak yang hidup dan berkampung di sepanjang sungai itu.
Ikatan keseganan dan empati itu membuat masyarakat lokal hidup rukun dan berdampingan dengan Buaya, walaupun terkadang buaya selalu dikambing hitamkan untuk menggambarkan karakter yang sumbang dimasyarakat yaitu dengan istilah “Buaya Darat”.
Namun tidak sedikit pula nostagia masyarakat pencari ikan di sepanjang Batang Masang yang dikagetkan, ditakut – takuti bahkan dicandain oleh sang Buaya Batang Masang, hal ini menggambarkan begitu dekatnya komunitas buaya dengan mereka.
Dewasa ini kami menerima informasi bahwa terjadi fenomena perkembangan dan perluasan wilayah, terutama di hulu Batang Masang tepatnya di Maua Hilia Nagari Salareh Aia dan Nagari Binjai biasanya tidak pernah ada buaya, namun sekarang sudah ada lubuk lubuk yang dihuni Sang Buaya. Artinya ada ekspansi kewilayah hulu, dan itu dirasakan oleh masyarakat kita yang beraktifitas di Sungai Batang Masang.
Dua peristiwa diakhir tahun 2021 dan awal 2022 ini tercatat ada korban yang hanyut di Batang Masang yang sampai saat ini belum ditemukan, dan peristiwa korban anak kita di seret Buaya Minggu kemaren. Peristiwa ini membuat rasa keseganan dan empati itu jadi terusik seakan memberikan pertanda bahwa terganggukah komunitas Inyiak ini dengan aktifitas kita terhadap Batang Masang.
Penting juga kita melihat apa yang sudah terjadi terhadap Batang Masang. Hilangnya wilayah hutan sepadan Sungai, terjadinya pendangkalan dasar sungai, tercemarnya air sungai akibat limbah industri atau rumahtangga, menurunnya jumlah jenis ikan, dan tingginya aktifitas amoral terhadap sungai menjadi faktor terganggunya rasa ikatan persahabatan antara masyarakat lokal kita dengan Inyiak di Batang Masang.
Refleksi terhadap pendekatan itu perlu dikoreksi dengan baik, kembalikan rasa itu dengan menjaga Daerah Sepadan Batang Masang, Hilangkan pencemaran terhadap air dari limbah industri dan rumah tangga, koreksi cara menangkap ikan dari setrum dan racun, dan kembali punya tapian mandi yang ramah terhadap bersama.
Semoga kedepan kembali terbangun upaya pelestarian Batang Masang sebagai perkampungan Inyiak, dengan konsep Biodiversity, HCV, Keseimbangan dan Kelenturan Alam, dan lain sebagainya.
Tertompang harapan kepada seluruh stakeholder yang memberikan dampak negatif terhadap Batang Masang untuk kembali mengoreksi tindakan itu dengan Rasa dan Keseganan terhadap terganggunya perkampuangan Inyiak-Inyiak kita di Batang Masang, sebelum mereka betul-betul tidak mengenal kita lagi dan memutus nostagia hubungan persahabatan dengan masyarakat lokal kita di Nagari-Nagari yang dilalui Batang Masang.
#adaiksalingkanagari
#keanekaragamanhayati
#hcv
#pesaninyiaikinyiak